1. Menggunakan mixer, aduk kuning telur dan ¼ cup gula pasir hingga berwarna kuning pucat.
2. Kocok heavy cream dan sisa ¼ cup gula pasir hingga agak kaku. Masukkan keju mascarpone dan teruskan mengocok hingga semua elemen menyatu dan teksturnya lembut. Perlahan masukkan campuran krim dan keju ke kuning telur yang sudah diaduk tadi dengan teknik melipat. 
3. Siapkan wadah untuk Tiramisu, saya menggunakan piring berukuran 30x20 Lapisi dasar wadah dengan 1 sdm bubuk coklat menggunakan ayakan.   
4. Perlahan, celup biskuit ladyfinger satu persatu ke kopi hitam lalu susun di dasar wadah. Hati-hati ya, biskuit ini sangat rapuh begitu terkena air.  
5. Oleskan campuran krim tadi diatas biskuit ladyfinger yang sudah tersusun. Ulangi langkah ini hingga wadah penuh (kira-kira 2 lapisan). 
6. Untuk dalgona coffee: menggunakan mixer, kocok semua bahan C hingga konsistensi mengental menyerupai krim. 
7. Oleskan dalgona diatas lapisan teratas tiramisu. Boleh berkreasi dengan piping bag supaya tampilan lebih seru.
8. Parut dark chocolate menggunakan peeler sebagai garnish.
9. Dinginkan dalam kulkas selama 3-4 jam untuk hasil optimal. Sajikan.

So one of the the stuff Laika is inspired to do after watching all that youtube videos during these #quarantinedays (I know right, Zzzzz) is to do a 7-day VEGAN CHALLENGE. Tentu saja tidak gue biarkan begitu saja doi melakukan ini tanpa alasan yang jelas atau cuma niru some youtuber,jadi pertama gw minta dia riset dulu.

In the mind of a 9-year old, being a vegan is simply cool (haha), but then turned out she's also aware of the animal cruelty and it also aligns with her current obsession of what she wants to be when she grows up; an environmental activist (hello @greta thanks for the inspiration).

Yesterday we officially started our #7dayveganchallenge. Menu masakan di rumah kemarin rawon lengkap dengan telur asin (drools), so obviously not vegan friendly.
Kebetulan tiap hari Senin sekolah memberlakukan Senin Seru bebas memilih berkegiatan bersama keluarga untuk kemudian didokumentasikan (yahh hari2 aja dong haha). Jadilah lihat2 isi kulkas dan pantry, dan Laika memilih untuk memasak menu ini untuk makan siang kami.  An all-time fave, fail-proof spaghetti with tomato sauce & basil. Daun basil kita petik fresh dari kebun mini di rumah. Oiya kita dapat basil ini waktu main2 ke Kebun Ide Bintaro dan berkenalan dengan mas Handoko dan mba Tike beberapa bulan lalu. We've been making great pesto and a lot of great stuff with it. Thank youu mas & mbak!

No Brainer Spaghetti with Tomato & Basil sauce
(Bu ibu this is so easy you can challenge your kid to cook this for you while you rest for a bit :) well maybe supervise a bit. and help them with the stove. and.. darn it what moms gotta do to get a little break around here?)

Bahan-Bahan

• 200gr spaghetti
• 2 sdm cooking oil (olive oil is great)
• 1 siung bawang putih, geprek
• 5 buah tomat, celup ke air mendidih hingga kulit mengelupas lalu potong dadu (atau 1 kaleng 400g tomat utuh/potongan tanpa
•  kulit)
• 1 sdm pasta tomat atau saus tomat
• 1 sdt kaldu jamur bubuk
• 1 sdt gula
• 5 sdm air
• Beberapa helai daun basil sear sesuai selera
• (Kami suka tambahkan 200gr bayam ke saus untuk ekstra nutrisi. Langkah ini bisa diskip jika ingin saus tomat klasik polos atau diganti sayuran lainnya yang tersedia di rumah jika mau)

Steps:

1. Masak spaghetti hingga tingkat kematangan al dente dengan sejumput garam dan 1 sdm minyak. Tiris dan sisihkan.
2. Panaskan 1 sdm minyak, masukkan bawang putih geprek. Tumis hingga harum.
3. Masukkan potongan tomat, bayam, kaldu bubuk, gula, pasta tomat & air. Aduk dan biarkan mendidih.
4. Kecilkan api dan biarkan sejenak hingga konsstensi saus mengental.
5. Robek beberapa daun basil dan masukkan ke saus (sisakan beberapa helai utuh untuk garnish). Masukkan pasta masak ke dalam panci saus, aduk hingga rata.
6. That's it! Your gourmet looking meal is ready in no time. Try it for lunch tomorrow (with or without the kids helping) and tell me how it goes.

Note:

• Feel free to add your fave herbs
• This sauce is great on its own, with meatballs, with plenty of cheese, on bread with sauted mushrooms & cheese for quick pizza bread, and so on!
• We finished all of this for lunch, so for dinner we had rawon tahu. Ha!

Fun Facts:

1. Laika never finishes this challenge. She decided to stop the next day. Kasihan lauk ikan dan ayamnya jadi masih banyak ga ada yang makan katanya. I actually continued the challenge, but downgrade it a little to vegetarian level.
2. Kalau berkiblat ke resep dasar masakan Italia, jenis saus tomat dasar seperti ini namanya saus Marinara, dimana teksturnya agak cair tapi masih terasa tektur buah tomatnya. Satu lagi saus tomat dasar wajib namanya Pomodoro, tekturnya smooth namun memiliki konsistensi lebih kental, rasa lebih rich serta berwarna merah tua karena dimasak lebih lama di api kecil.  

Tania Davina Taufiqurrakhman

Minggu ketiga #dirumahaja. Banyak yang bilang, masa yang kita alami sekarang ini adalah seperti memencet reset button. Untuk raga, untuk jiwa, untuk alam, untuk ekonomi. Semua tampak seperti dipaksa untuk memelankan laju. Di serba ketidakpastian ini, semua pun bising. Saya yang memang tidak terlalu suka baca berita tambah tidak mau tahu. Ingin ikutan seseruan aneka challenge di sosial media saja malas. Hari-hari saya lalui di rumah bersama anak-anak, sibuk dengan berbagai kewajiban learning from home, memastikan kebutuhan mereka tercukupi lahir batin. Kembali menjadi "Full Time Mom" kata orang2. Padahal, semua juga tahu namanya menjadi orangtua ya tidak ada yang part-time.

Padahal, saya baru menikmati peran baru saya di restoran dan toko yang saya bangun dari nol bersama sahabat saya dari Agustus lalu. Dalam hitungan hari pandemi ini memuncak, kami harus memutuskan untuk menutup sementara restoran kami demi keselamatan staff dan pelanggan kami, serta turut serta dalam melandaikan kurva pandemi.

Sementara menyesuaikan dan mencari ritme di kehidupan yang baru ini, ada semacam dorongan untuk tetap menjadi produktif. Di tengah kekalutan bisnis yang tersuspensi dan memikirkan nasib belasan karyawan, 3 anak yang (tampak) lebih demanding dengan ada ibunya di rumah, mengurus manula (mama) yang tinggal sementara bersama kami ini setelah tahunan tidak tinggal seatap, kebutuhan couple time dengan suami (yang walau sudah WFH 2 minggu ini, we always make time to be with each other at the end of day), ambisi untuk tetap punya me time (nonton series, mandi lama tanpa gangguan), plus me time olahraga demi kesehatan lahir batin (loh banyak amat :D), ternyata masih juga terselip ambisi untuk menyisihkan waktu yang cuma 24 jam ini untuk melakukan semacam hal lain, hal baru, atau hal yang lama sudah ingin dilakukan. At least that's what everybody looks like doing.

Semua orang memang menghadapi situasi ini dengan caranya masing2. Social media makes sure to capture all that. Selain turut senang karena melihat teman-teman yang tampak banyak menemukan hobi baru, terbersit rasa iri karena saya baru sadar bahwa saya ga punya (hobi baru, maupun terpendam). Masak? Yah, itu kan emang hari-hari aja. Kalau ga masak anak-anak gue ga makan :D Craft ga bakat. Melukis apalagi. Hobi ngomong sih, dan sudah sempat terbersit proyek podcast dengan sahabat, tapi yah situasi lagi ribet gini ya tunda dulu. Mau bikin podcast sendiri, sapa guaa? hahaha.

Opiq nyeletuk, "Nulis lagi dong. Kan udah dibeliin laptop". Ngehek ya suami saya, mentang2 hadiahin laptop trus pamrih. Tapi saya tahu ini caranya memotivasi saya.

Alhamdulillah setelah 2 taunan lebih tidak punya laptop karena dicuri orang, suami saya sisihkan rejeki lebih untuk beliin saya laptop untuk early birthday present tahun ini :) Akhirnya saya coba menulis lagi. Ternyata rindu. Teryata mungkin menulis media saya untuk eksplorasi. Dan masak tentunya. Mungkin menulis tentang memasak. Atau tentang makanan. Atau tentang apa saja. Karena menulis di sosial media terlalu membelenggu. Saya tidak pernah terlalu suka 'mentas' di sosmed karena lini waktu disana terlalu cepat bergulir dan waktu saya terlalu berharga untuk hanya habis bermain disana. Belum batasan maksimal karakter dalam caption, pretensi audiens, dan mental block lainnya. Mungkin disini akhirnya saya dan Opiq bisa memulai lagi sesuatu yang kami sempat mulai dan impikan.

Doing it one day at a time.

Doakan ya teman-teman.

Tania